Senin, 25 April 2016

Sejarah Tahlil

Home » Aswaja » Hikayah » Salafussholeh » Sejarah Islam » Tahlil » ISLAM, TAHLILAN, FAKTA SEJARAH DAN WALI SONGO
ISLAM, TAHLILAN, FAKTA SEJARAH DAN WALI SONGO

Oleh : Abiel Mikhdat

Bagi kebanyakan umat islam yang kurang faham sejarah, ada anggapan bahwa adat kebiasaan dan tradisi keagamaan yang di lakukan kalangan muslim tradisional adalah pencampur-adukan antara ajaran hindu-buddha dengan islam. Mereka itu, tanpa di dukung data sejarah sedikitpun menyatakan bahwa tradisi keagamaan tentang kenduri dan memperingati orang mati pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, dan ke 1000, adalah warisan hindu buddha, padahal dalam agama hindu dan buddha tidak di kenal kenduri peringatan orang mati pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, dan ke 1000. [Agus sunyoto. Sunan ampel raja surabaya. Hal: 84]

Bertolak dari fakta sosio-kultural religius pada masyarakat jawa pasca majapahit, sunyoto (1990) menyimpulkan, bahwa upacara peringatan orang mati pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, dan ke 1000 termasuk khaul adalah tradisi khas campa yang jelas jelas terpengaruh faham syiah [Agus sunyoto. Sunan ampel raja surabaya. Hal: 86]

Mencermati tulisan ahli sejarah agus sunyoto ini, dapat di simpulkan bahwasannya acara tahlilan yang di lakukan oleh mayoritas muslim nusantara khususnya kaum nahdliyin, itu sudah di kenal di masa majapahit (zaman wali songo). Akan tetapi di satu sisi agus sunyoto tidak mengkaji sumber asal muasal sedekah orang meninggal pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, dan ke 1000 tersebut dari kitab para ulama yang ada, sehingga beliau menyimpulkan bahwa tradisi tersebut merupakan ajaran yang bersumber dari faham syiah. Padahal imam suyuti telah menjelaskan di dalam kitabnya Al hawi lil fatawi

ان سنة الاطعام سبعة أيام بلغني أنها مستمرة إلى الان بمكة والمدينة فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة إلى الان وانهم أخذوها خلفا عن سلف إلى الصدر الأول

Telah sampai kepadaku bahwasannya kesunahan bersedekah selama 7 hari itu telah berlangsung di mekah dan madinah hingga sekarang. Maka secara dzohir di simpulkan bahwa sedekah tersebut tidak pernah di tinggalkan mulai dari zaman para sahabat sampai sekarang. Para generasi terkemudian (kholaf) telah mengambilnya secara turun temurun dari generasi terdahulu (salaf) sampai masa generasi pertama [imam As-suyuti. Al hawi lil fatawi. 3/288]

Dan pembacaan tahlil yang di khususkan untuk orang orang yang telah meninggal juga menjadi tradisi turun temurun di hadramaut yaman tempat berdiamnya para ahlul bayt dzurriyah nabi muhammad SAW. Sejarah tersebut dapat di temukan dalam kitab Al ilmun nibros tulisan sayyid al habib Abdulloh bin alwi bin hasan Al attos. Di kitab tersebut di jelaskan:

ويجمع بعضهم جماعة يسبحون ألف تسبيحة ويهللون ألف تهليلة ويهدي ثوابها لبعض الأموات

Sebagian dari mereka (ahlul bayt di hadramaut) mengumpulkan para jamaah yang membaca tasbih dan tahlil sebanyak 1000 kali, kemudian mereka menghadiahkan pahalanya kepada orang orang yang telah meninggal dunia. [Al ilmun nibros. Hal: 5]

Jika di mekah dan madinah telah di kenal tradisi sedekah selama 7 hari, dan di hadramaut telah di kenal pembacaan tahlilan, maka ulama wali songo yang notabene merupakan keturunan ahlul bayt dari hadramaut tersebut, mengingat para ulama ahlul bayt merupakan orang orang yang sangat menjaga kemurnian ajaran yang di dapat secara turun temurun yang bermuara kepada imam jakfar sodiq sampai kepada Rosululloh SAW, dapat di pastikan wali songo telah membawa tradisi itu dari sana, bukan dari iran tempat yang menjadi pusat syiah.

Hadits 1

Mengapa Surat Yasin? Berikut jawaban Syaikh al Shan'ani:

ﻭﺃﺧﺮﺝ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻣﻌﻘﻞ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﻋﻨﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - «اﻗﺮءﻭا ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ ﺳﻮﺭﺓ ﻳﺲ»
ﻭﻫﻮ ﺷﺎﻣﻞ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﺑﻞ ﻫﻮ اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻓﻴﻪ
Abu Dawud meriwayatkan dari Ma'qil bin Yasar, Nabi bersabda: "Bacakan Surat Yasin untuk orang mati kalian"

Syaikh al Shan'ani: "Hadis ini mencakup kepada orang yang telah mati. Bahkan hakikatnya untuk orang mati" (Subulus Salam Syarah Bulughul Maram)

Pendapat ini juga dismpaikan oleh al Hafidz al Suyuthi, al Qurthubi, al Syaukani dan sebagainya.

Minggu, 24 April 2016

Contoh undangan 2

Nomor     : ……….
Lampiran :  -
Perihal     : Undangan Rapat Kenaikan Kelas Tempat, …………… 2014
Kepada :
Yth :  Bapak/Ibu Dewan Guru
SMA Negeri ………………
di
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan telah berakhirnya Ujian Akhir Semester dan untuk menentukan kenaikan kelas maka dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu Dewan Guru untuk dapat hadir pada acara seperti perihal diatas yang akan dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal :  Senin, 01 Juni 2014
Pukul :  10.00 s/d Selesai
Tempat :  Aula SMA Negeri …………………..
Demikian undangan ini disampaikan, mengingat sangat pentingnya rapat ini, kami sangat mengharapkan kehadirannya.  Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Contoh surat undangan rapat 1

Assalamu'alaikum WR.Wb.

Sehubungan dengan banyaknya hal yang harus kita bicarakan, dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu untuk menghadiri rapat dinas untuk membicarakan tentang:

1. Persiapan UAS sementer ganjil Tahun Pelajaran 2013 - 2014
2. Persiapan menjelang diberlakukan untuk Kelas 1.

Adapun acara tersebut Insyah Allah akan dilaksanakan pada.

Hari,tanggal  : sabtu, 27 Desember 2013
Pukul         : 08.00 s.d 14.00
Tempat        : Ruang pertemuan SMU 1 Limbangan

Demikian surat ini kami sampaikan. Semoga Bapak/Ibu dapat memakluminya.Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu,kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

SANG PEMABUK DAN PEZINA ITU TERNYATA...???


Di dalam buku hariannya Sultan Turki Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.
Sultan berkata kepada kepala pengawal: "Mari kita keluar sejenak".
Di antara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara menyamar.
Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka di sebuah lorong yang sempit.
Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.
Sultan pun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: "Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: "Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun di antara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Di mana keluarganya?"
Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzinah".
Sultan menimpali: "Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya".
Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.
Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.
Dalam tangisnya sang istri berucap kpd jenazah suaminya: "Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh".
Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget.. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya".
Sang istri menjawab: "Sudah kuduga pasti akan begini..."
"Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".
"Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".
"Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam".
" Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir."
Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu".
Ia hanya tertawa, dan berkata: "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya".
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya".
Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.
(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV) Copy

Pengertian Tasghir

A.Pengertian Tasghir

Tasghir secara bahasa adalah menjadikan kecil atau mengecilkan. Secara istilah mensifati suatu perkara karena keadaannya kecil dengan cara yang singkat, atau bentuk kalimat yang berfungsi untuk menunjukkan arti kecil atau lima / sedikit.[1]

Ada 3 wazan tasghir adalah sebagai berikut :

1.Wazan فعيل, wazan tasghir ini digunakan untuk isim tsulasi.[2]

Contohnya :رجل - رجيل(laki-laki kecil)

-Adapun untuk tsulasi yang setelah huruf ketiga berupa ta’rits

Contohnya :شجرة - شجيرة(pohon kecil)

-Jika salah satu huruf dari isim tsulasi tersebut ada yang dibuang, maka, jika akan mentashgirkan huruf yang dibuang tidak harus dikembalikan pada yang asli.

Contoh : وعيدةmenjadiعدة اصله وعداة

يديةmenjadi يد اصله يدي

-Jika ada kalimah yang hurufnya ada yang dibuang apabila huruf yang ketiga bukan ta’rits maka mentasghirnya sesuai dengan lafadz yang ada.

Contoh :فاض – فاضي – فويض

-Jika ada salah satu huruf dari lima tsulasi tersebut ada yang diganti dengan ta’ atau hamzah, maka jika di tasghir huruf artinya kembali.

Contoh : اخيّةmenjadiاخت اصله اخو

2.Wazan فعيعل, wazan tasghir ini untuk isim ruba’i

-Sighat tasghir ini untuk kalimah isim yang terdiri dari 4 huruf lebih yang diikuti wazanفعيعل

Contohnya :درهم – درهيم(sedikit uang) / (uang kecil)

مسجد - مسجيد(masjid kecil)

-Jika ada huruf yang sebelum akhir berupa huruf ilat tersebut diganti dengan ya’ yang bertardid.

Contoh : رغيف - رغيّف(sedikit roti)

-Apabila ada isim ruba’i yang mendapat huruf zaidah baik mufrad, tasniyah, jama’.

Contoh : (gelang) اسورة - اسيورة

-Jika ada huruf yang dibuang dalam jama’ taksir itu boleh ganti dengan huruf ya’ yang diletakkan sebelum akhir, contoh :

Contoh : (sekolah kecil) اصله : مدرسة – مدارسى - مديرس

-Jika ada huruf yang dibuang pada jama’ taksir yang mengikuti wazan , dalam sighat tasghir pun dibuang, contoh :

Contoh : (jambu)اصله – فعالل – فعيعل

سفرجل – سفارج - سفريج

3.Wazan فعيعيل, wazan tasghir ini untuk isim khumasi yang huruf sebelum akhir berupa huruf ilat dan huruf ilat tersebut harus diganti dengan ya’

Contoh : سلطان - سليطين(raja kecil)

-Apabila ada 5 huruf atau lebih tetapi yang satu huruf mad, maka mengikuti wazan فعيعيل, contohnya :عصفور - عصيفير

-فعيعيلWazan ini untuk isim khumasi yang huruf sebelum akhir berupa huruf ilat dan huruf ilat tersebut harus diganti dengan ya’

-فعيعيلadalah mentasghir isim yang bentuk artinya empat huruf.

Contoh : قرطاس-قريطس

عصفور-عصيفر

Namun apabila hurufnya hanya 2 asli maka bentuk tasghirnya adalah :

a.Jika huruf yang kedua itu shahih, maka dia ditetapkan sebagaimana aslinya setelah dibuat nama, dan jika dibentuk ditasghirkan, maka huruf yang kedua di ta’dhifkan (dobel).

Contoh :هل – هليل

ان - انيئ

b.Apabila huruf yang kedua itu huruf ‘ilat, maka ketika dibentuk nama (‘alam) ia harus didobelkan. Contohnya :ما،كيmaka dibuat nama (alam) menjadi

ماءtasghirnya موي

كيtarsghirnya كييّ

Beberapa bentuk tasghir yang syadz, ulama ahli nahwu telah menyepakati bentuk-bentuk syadz adalah :

Contoh, (waktu isya’) عشاء - عشيان

(lawan)عشة – عشيشية

(beberapa a kecil)صبية - اصيبية

مغربmenjadi مغيربانakan tetapi yang paling tepat adalah menjadi bentuk مغربانtapi maknanya tetap sama.

Seperti :لقيت مغرب الشمش ومغربانهما

Artinya : aku menemuimu menjelang terbenamnya matahari.

B.Macam-macam Tasghir

Ada dua macam tasghir :

1.Tasghir asli yaitumentasghir isim yang berasal dari isim yang tidak ada huruf tambahnya.[3] Contoh :

نهر – نهير

هل – هليل

يد - يديه

2.Tasghir tarkhim adalah mentasghirkan isim sesudah terlebih dahulu dibebaskan dari semua huruf zaidah yang ada padanya, dalam hal ini ada 2 wazan, yaitu :

-فعيلyaitu jika isim yang bersangkitan bentuk aslinya tiga huruf, namun bila yang diberi nama dengan memakai isim tersebut adalah mudzakar, maka dibebaskan dariتاء تأنيث. bila muanas maka memakai تاء تأنيث

contoh : (mantel kecil) معطف - عطيف

(nama orang perempuan) حبلى - حبيلة

-فعيعيلadalah mentasghir isim yang bentuk artinya empat huruf.

Contoh : قرطاس-قريطس

عصفور-عصيفر

Namun apabila hurufnya hanya 2 asli maka bentuk tasghirnya adalah :

a.Jika huruf yang kedua itu shahih, maka dia ditetapkan sebagaimana aslinya setelah dibuat nama, dan jika dibentuk ditasghirkan, maka huruf yang kedua di ta’dhifkan (dobel).

Contoh :هل – هليل

ان - انيئ

b.Apabila huruf yang kedua itu huruf ‘ilat, maka ketika dibentuk nama (‘alam) ia harus didobelkan. Contohnya : ما،كي,maka dibuat nama (alam) menjadi

ماءtasghirnya موي

كيtarsghirnya كييّ

Beberapa bentuk tasghir yang syadz, ulama ahli nahwu telah menyepakati bentuk-bentuk syadz adalah:

Contoh, (waktu isya’) عشاء - عشيان

(lawan)عشة – عشيشية

(beberapa a kecil)صبية - اصيبية

مغربmenjadi مغيربانakan tetapi yang paling tepat adalah menjadi bentuk مغربانtapi maknanya tetap sama.

Seperti :لقيت مغرب الشمش ومغربانهما

Artinya : aku menemuimu menjelang terbenamnya matahari.

C.Syarat-syarat Tasghir

Ada 4 tasghir yaitu :[4]

1.Dia harus isim, karena tasghir merupakan sifat dalam satu makna fi’il dan huruf dan tidaklah merupakan dua sifat.

2.Harus mu’rab, untuk dhomir, istifham, dan syarat dan kam hobariah dan sejenisnya tidak bisa di tasghir karena merupakan, jadi tidak bisa diubah-ubah.

Misal : مهيمن - مسيطرkarena bentuknya sama dengan tasghir

3.Tidak bisa berubah lafadz

4.Maknanya harus bisa menerima tasghir, maka untuk isim-isim taqdim tidak bisa untuk ditasghir.

Contoh : الله، ملائكة، النبي

Fungsi suatu isim dibentuk tasghir :[5]

1.Untuk penghinaan atau merendahkan sesuatu

Misal : جبل – جبيل

عالم – عويم

شاعر - شويعر

2.Untuk memandang kecilnya suatu dzat

Misal :ولد - وليد

3.Menunjukkan sedikitnya kadar sebuah bilangan

Contoh : (beberapa daun)وريقات – يقم وريقات نافعة

اشتريت كتايابدرحيهمات

4.Menunjukkan dekat suatu zaman / waktu

Contoh :ويتام بعيد العشاء

5.Untuk menunjukkan kasih sayang

Contoh :ياصديقى - يابنيتى

6.Menunjukkan dekat suatu tempat

Contoh :فويق - تحيت

7.Menunjukkan suatu penghormatan

Contoh :البائس مسكين

8.Menunjukkan suatu menghormati / memuja

Contoh :عزيزة

Sabtu, 23 April 2016

Isim Ghoiru Munshorif


Pengertian Isim yang Tidak MenerimaSharf (Isim Ghairu Munsharif)

Isim ghairu munsharif adalah isim yang tidak menerima tanwin dan tidak menerima jar dengan kasrah, tetapi dijar dengan fathah.

Contoh:

Penjelasan:

Pada contoh-contoh di atas, kata-kata مُحَمَّدٌ, زَيْدٌ, خَالِدٌ menggunakan tanwin. Adapun kata-kata أَحْمَدُ, عُمَرُ, مُعَاوِيَةُ tidak menggunakan tanwin karena termasuk isim ghairu munsharif.

Ketika dimasuki huruf jar, kata-kata yang menggunakan tanwin dijardengan kasrah, sedangkan kata-kata yang tidak ditanwin dijar dengan fathah.

Untuk kata-kata عَائِشَةُ, مَرْيَمُ, زَيْنَبُ, penjelasannya sama dengan penjelasan di atas karena termasuk isim ghairu munsharif.

Secara umum, isimisim yang tidak menerima sharf terbagi menjadi dua jenis:

Isim yang menunjukkan nama.

Isim yang menunjukkan sifat (keadaan suatu zat).

Isim Ghairu Munsharif yangMenunjukkan Nama

Nama-nama yang menunjukkanmuannats tanpa alif pada akhirnya, baik muannats karena menunjukkan nama perempuan maupunmuannats lafadznya/bentuknya walaupun nama laki-laki.

Contoh :

فَاطِمَةُ، مَرْيَمُ، عَائِشَةُ، زَيْنَبُ، مُعَاوِيَةُ، طَلْحَةُ

Keterangan:

Kata-kata فَاطِمَةُ dan عَائِشَةُ menunjukkan muannats karena adanya ta’ marbuthah (ة) pada akhirnya dan merupakan nama-nama perempuan.

Kata-kata زَيْنَبُ dan مَرْيَمُ menunjukkan muannats karena merupakan nama perempuan walaupun tidak ada ta’ marbuthah (ة).

Kata-kata مُعَاوِيَةُ dan طَلْحَةُ termasuk isim ghairu munsharif karena menunjukkan bentuk muannats—diakhiri dengan ta’ marbuthah (ة)—tanpa alif pada akhirnya.

Bentuk muannats yang diakhiri dengan alif, seperti nama perempuan لَيْلَى, atau bentuk muannats زَكَرِيَّاءُ adalah termasuk isim ghairu munsharif, tetapi memiliki bentuk khusus yang akan kita bahas pada penjelasan di bawah ini.

Nama-nama yang menunjukkanujmah/asing/bukan dari Arab (اَلْعُجْمَةُ).

Contoh:

Nama-nama yang tersusun dari rangkaian kata (اَلتَّرْكِيْبُ).

Contoh:

بَعْلَبَكُّ، حَضْرَمَوْتُ

Keterangan:

Kata بَعْلَبَكُّ adalah nama suatu negeri di daerah Syam. Kata ini tersusun dari kata بَعْلٌ, yaitu nama berhala milik kaum Nabi Ilyas q, dan kata بَكٌّ, yaitu nama penduduk negeri tersebut.

Kata حَضْرَمَوْتُ adalah nama daerah/kota di negeri Yaman. Kata ini tersusun dari kata حَضَرَ dan مَوْتٌ.

Nama-nama yang diakhiri denganalif dan nun (ا+ن).

Contoh:

عُثْمَانُ، عَدْنَانُ، عِمْرَانُ

Nama-nama yang menggunakan bentuk fi’il/kata kerja (وَزْنُ الْفِعْلِ).

Contoh:

أَحْمَدُ dari wazan (bentuk fi’il) أَفْعَلُ

تَغْلِبُ dari wazan تَفْعِلُ

يَزِيْدُ dari wazan يَفْعِلُ

نَرْجِسُ dari wazan نَفْعِلُ

Nama-nama yang dibuat dari perubahan bentuk aslinya (اَلْعَدْلُ).

Contoh:

عُمَرُ، زُفَرُ، زُحَلُ

Keterangan:

Asal kata-kata ini adalah عَامِرٌ, زَافِرٌ, dan زَاحِلٌ.

Isim Ghairu Munsharif yangMenunjukkan Sifat

Sifat yang diakhiri dengan alif dannun (ا+ن).

Contoh:

Lapar                           جَوْعَانُ

Haus                            عَطْشَانُ

Mabuk                         سَكْرَانُ

Marah                         غَضْبَانُ

Sifat yang dibuat dari perubahan bentuk aslinya (اَلْعَدْلُ).

Contoh:

مَثْنَى dibuat dari asalnya, yaitu اِثْنَيْنِ اِثْنَيْنِ (dua-dua)

ثُلَاثُ dibuat dari ثَلَاثًا ثَلَاثًا (tiga-tiga)

أُحَادُ dibuat dari وَاحِدًا وَاحِدًا (satu-satu)

Sifat yang menggunakan bentuk fi’il(وَزْنُ الْفِعْلِ).

Contoh:

أَكْرَمُ، أَفْضَلُ، أَحْسَنُ dari bentuk fi’il أَفْعَلُ

أَكْرَمُ (paling mulia/baik)

أَفْضَلُ (paling utama)

أَحْسَنُ (paling baik)

Bentuk Khusus Isim Ghairu Munsharif

Bentuk muannats yang diakhiri dengan alif, baik alif maqshurahmaupun alif mamdudah.

Contoh dengan alif maqshurah:

لَيْلَى       nama perempuan

حُبْلَى     hamil

دُنْيَا       dunia

Contoh dengan alif mamdudah:

حَسْنَاءُ    perempuan-perempuan cantik

صَنْعَاءُ    ibukota Yaman

زَكَرِيَّاءُ    nama laki-laki

Shighah muntahal jumu’ (صِغَةُ مُنْتَهَى الْجُمُوعِ).

Shighah muntahal jumu’ adalah semua bentuk jamak taksir yang setelah alifnya ada dua atau tiga huruf.

Contoh:

Setelah alif ada dua huruf:

مَسَاجِدُ   masjid-masjid

مَنَابِرُ                  mimbar-mimbar

أَفَاضِلُ    orang-orang yang utama

Setelah alif ada tiga huruf:

مَصَابِيْحُ   lampu-lampu

عَصَافِيْرُ burung-burung pipit

قَنَاضِيْلُ   lentera-lentera

Ringkasan

Isim ghairu munsharif adalah isim yang tidak menerima tanwin dan tidak menerima jar dengan kasrah, tetapi dijar dengan fathah.

Contoh:

أَحْمَدُ ← مِنْ أَحْمَدَ                       عَائِشَةُ ← مِنْ عَائِشَةَ

Secara umum, isim ghairu munsharifterbagi menjadi dua, yaitu isim yang menunjukkan nama dan isim yang menunjukkan sifat.

Contoh isim ghairu munsharif yang menunjukkan nama:

Nama bentuk muannats tanpa diakhiri

Contoh:

عَائِشَةُ، مَرْيَمُ، مُعَاوِيَةُ

Nama dengan bentuk asing/bukan Arab (اَلْعُجْمَةُ).

Contoh:

إِبْرَاهِيْمُ، إِسْمَاعِيْلُ، إِسْحَاقُ

Nama dengan bentuk susunan (اَلتَّرْكِيْبُ).

Contoh:

بَعْلَبَكُّ، حَضْرَمَوْتُ

Nama yang diakhiri dengan alif dannun (ا+ن).

Contoh:

عُثْمَانُ، عَدْنَانُ، عِمْرَانُ

Nama dengan bentuk fi’il/kata kerja (وَزْنُ الْفِعْلِ).

Contoh:

أَحْمَدُ، تَغْلِبُ، يَزِيْدُ، نَرْجِسُ

Nama dari perubahan bentuk aslinya (اَلْعَدْلُ).

Contoh:

عُمَرُ، زُفَرُ، زُحَلُ

Contoh isim ghairu munsharif yang menunjukkan sifat:

Sifat yang diakhiri dengan alif dannun (ا+ن).

Contoh:

جَوْعَانُ، عَطْشَانُ، سَكْرَانُ، غَضْبَانُ

Sifat dari perubahan bentuk aslinya (اَلْعَدْلُ).

Contoh:

أُحَادُ، مَثْنَى، ثُلَاثُ

Sifat dengan bentuk fi’il (وَزْنُ الْفِعْلِ).

Contoh:

أَكْرَمُ، أَفْضَلُ، أَحْسَنُ

Bentuk khusus isim ghairu munsharifada dua:

Bentuk muannats yang diakhiri dengan alif.

Contoh:      لَيْلَى، حُبْلَى، حَسْنَاءُ، زَكَرِيَّاءُ

Bentuk shighah muntahal jumu’.

Contoh:      مَسَاجِدُ، مَنَابِرُ، مَصَابِيْحُ، قَنَاضِيْلُ

Isim ghairu munsharif kembali ke hukum asalnya, yaitu dijar dengan kasrah, apabila diidhafahkan atau dimasuki alif lam (اَلْ).

Contoh:

مَرَرْتُ بِأَحْمَدِكُمْ  (idhafah)

مَرَرْتُ بِالْأَحْمَدِ  (dimasuki اَلْ)

Kantong Kosakataku

Latihan (تَمْرِيْنٌ)

Tulislah harakat akhir pada kata-kata berikut ini dan tentukanlah apakah isimisim tersebut termasuk isim ghairu munsharif atau bukan. Apabila termasuk isim ghairu munsharif,tentukanlah jenis/golongan isim ghairu munsharifnya!

Contoh:

أَحْمَدُ → isim ghairu munsharif, nama dengan bentuk fi’il.

= وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَسَلَّمَ =

OLAHRAGA RINGAN

Bycicle Exercise

Gerakan dari olahraga ini mirip dengan orang yang bersepedah, tetapi bedanya tidak menggunakan alat sepedah. Cara untuk melakukuan gerakan ini terbilang mudah, yaitu anda hanya membaringkan tubuh dengan posisi kedua tangan berada di belakang kepala, lalu angkat lutut anda ke dada sembari mengangkat kepala dengan pundak masih dalam keadaan menempel di lantai. Kemudian lutut kanan dengan sikut kiri dan sebaliknya secara bergantian.

    Sit Up

Olahraga ini dapat mengecilkan perut buncit dalam 2 minggu, yang mana membuat otot pada perut akan semakin mengencang. Caranya, anda hanya membaringkan tubuh dan berusaha menarin tubuh ke depan dengan posisi kaki tetap lurus dilantai. Anda dapat meminta bantuan orang lain untuk menahan kaki anda, agar lebih mudah untuk melakukannya.

    Sikap lilin

Gerakan dari olahhraga ini juga di percaya dapat mengecilkan perut buncit dalam 2 minggu jika di lakukan secara rutin. Caranya, baringkan tubuh anda di lantai lalu angkat kaki ke atas sampai bagian perut terangkat. Kemudian tahan dengan kedua tangan hingga beberapa saat. Selanjutnya turunkan bagian perut dan angkat lagi beberapa kali.

    Vertical Leg Crunch

Olahraga ini juga hampir sama dengan dengan gerakan sit up, tetapi disini bedanya anda harus mengangkat tinggi-tinggi kedua kaki selama menarik tubuh kedepan. Caranya, anda harus berbaring dengan tangan di belakang kepala, lalu angkat kaki dan silangkan ke udara. Kemudian kepala dan pundak anda harus tetap menempel di lantai. Kemudian selama kaki di udara, tarik ttubuh ke depan dan ulangi beberapa kali sebisa anda melakukannya.

Cukup mudah kan gerakan dari olahraga yang di jelaskan di atas? Olahraga tadi telah terbukti dapat mengecilkan perut buncit dalam 2 minggu dan tubuh juga mennjadi semakin sehat dan bertenaga. Jadi, pilihlah olahraga yang anda sukai dan lakukan secara rutin agar hasil maksimal. Selamat mencoba

Minggu, 17 April 2016

Memori Berkasih

Telah kucuba meminta kasihmu
Biar menjadi ikatan abadi
Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang meminta
Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang meminta

Bermusim kita bersama
Menyemai ikatan cinta
Tak mungkin kasihku hilang
Kukunci hati untukmu

Ku genggam kenangan indah
Simpanlah senda gurauan
Andainya kau kerinduan
Itulah jadi penanwar

Sungguh ku terharu dan pilu
Kasih kusemai kau abaikan

Putusnya ikatan cinta
Mungkin tiada jodoh kita

Menangis hati ini
Ku juga bersimpati
Hancurnya harapanku
Maafkan sayang

Kasihmu yang berubah
Aku pun tak menyangka
Itulah alasanmu, pergilah sayang

Biar rindu di kejauhan
Menemani hati yang gelisah
Semoga bertemu jua kebahagiaan

Telah kucuba meminta kasihmu
Biar menjadi ikatan abadi
Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang meminta

Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang menimpa

Jumat, 15 April 2016

Lirik lagu qosidah DOA PENGANTIN

Ku ucapkan selamat buat pengantin baru
Duduk berdampingan hati rasa malu
bunga - bunga indah turut menyaksikan
kumbang - kumbang datang memberi doa restu
semoga bahagia sampai anak cucu
hidup rukun damai selalu kepadamu
aman tentram selalu sampai akhir hayatmu
bahagia wahai pengantin baru
oh oh

Malam ini malam bahagia
duhai asyiknya bagimu berdua
pandang memandang
tersenyum mesra
tercapai sudah semua cita - cita
saat inilah habis masa remajamu
malam ini bagimu malam hidup baru
semoga bahagia sampai anak cucu
hidup rukun damai selalu kepadamu
aman tentram selalu sampai akhir hayatmu
bahagia wahai pengantin baru, amien.

Selasa, 12 April 2016

Lazim dan Muta’addi

A.    Fiil Lazim dan Fiil Muta’addi
1.      Pengertian Fiil Lazim
Fiil lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan objek, yang hanya sampai kepada fa’il.
Contoh :
قَامَ  (qooma)=berdiri
حَضَرَ   (hadoro)=hadir
جَلَسَ    (jalasa)=duduk
Contoh dalam kalimat :
جَاءَ مُحَّمَدٌ = Muhammad datang
جاء = فعل ماض مبني على الفتح لا محل لها من الاعراب
محمد = فاعل مرفوع وعلامة رفعه ضمة الظاهرة فى اخره
Kalimat di atas tidak membutuhkan objek, dan ini sama halnya dengan bahasa Indonesia dengan kata intransitip, seperti kata berdiri, datang atau duduk memang tidak membutuhkan objek.

2.      Pengertian Fi’il Muta’addi
Fiil muta’addi adalah fi’il atau kata kerja  yang membutuhkan satu objek atau dua objek.
Hukum Fi’il Muta’addi adalah menashobkan terhadap maf’ul bih.
Pengertian maf’ul bih (objek) adalah Isim yg dinashobkan yg dikenai langsung oleh pekerjaan fail tanpa perantaraan, baik dalam kalam Mutsbat (kalimat positif) contohnyaفهمت الدرس  atau dalam kalam Manfi (kalimat negatif) لم افهم الدر س
Contoh fiil muta’addi:
Fi’il Muta’adi  Arti
كَتَبَ- يَكْتُبُ          Menulis
قَرَأَ– يَقْرَأُ Membaca
ضَرَبَ– يَضْرِبُ    Memukul
أَكَلَ– يَأْكُلُ           Makan
شَرِبَ– يَشْرَبُ      Minum
دَخَلَ- يَدْخُلُ          Masuk
Contoh:
فَهِمَ زَيْدٌ الدَّرْسَ (Zaid memahami pelajaran)
شَرِبَ مُحَمَّدٌ العَسَلَ (Muhammad minum madu)
أَكَلَ عَلِيٌّ الْخُبْزَ (Ali makan roti)
B.Cara Membuat Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh :
خَرَج   (khoroja)=keluar     menjadi    أَخْرَجَ (akhroja)=mengeluarkan
دَخَلَ    (dakhola)=masuk    menjadi     أَدْخَلَ (adkhola)=memasukkan

2. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh :
حَسُنَ (hasuna)= bagus      menjadi     حَسَّنَ (hassana)=membaguskan
خَرَجَ (khoroja)=keluar     menjadi     خَرَّجَ (khorroja)=mengeluarkan

3. Dengan menambahkan huruf jar pada objeknya.
Contoh :
ذَهَبَ اللهُ بِنُوْرِهِمْ (dzahaballaahu binuurihim)=Allah menghilangkan cahaya mereka
جِئْتُ بِحَسَنٍ       (ji’tu bihasanin)=aku datang dengan hasan

Demikianlah cara mengubah fi’il laazim menjadi muta’addi, dengan menambahkan satu huruf saja sudah merubah makna dan jenis dari fi’ilnya.
Fiil muta’addi itu membutuhkan fail yang melaksanakan pekerjaan, dan membutuhkan maf’ul bih selaku obyek dari perbuatan itu.
Muta’addi dengan sendirinya dan muta’addi dengan yang lain. Fiil muta’addi ada kalanya muta’addi sendiri adalah kata kerja yang sampainnya kepada maf’ul bih secara langsung, yakni tanpa memakai penghubung huruf jar , sepertiكتبت رسالة (aku menulis surat).

FI’IL MA’LUM DAN MAJHUL


2.1    Pengertian Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul

1.    Pengertian Fi’il Ma’lum الفعل المعلوم
Fi’il Ma’lum adalah kata kerja yang disebutkan pelakunya  atau kata kerja yang mengandung makna mengerjakan sesuatau.
Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kata kerja aktif, yang kata kerjanya berawalan me/ber.
Contoh: ahmad membuka pintu : kata “membuka” disebut kata kerja aktif.
Perhatikan contoh berikut:
كَتَبَ مَحَمَّدٌ الدَّرْسَ  : artinya Muhammad menulis pelajaran
Fi’il (:كَتَبَmenulis) adalah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) sedangkan Fa’il atau pelakunya adalah Muhammad yang bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni menulis).
Contoh kata kerja aktif lainnya:
                    Membaca :قَرَأَ
                    Mencari    :بَحَثَ
                    Bermain    :لَعِبَ
                    Bertanya   :سَاَلَ

2.    Pengertia Fi’il Majhul الفعل المجهول
Fi’il Majhul adalah kata kerja yang pelakunya tidak disebutkan dalam kalimat, tetapi kata kerja tersebut dibuang karena suatu tujuan berikut :
•    Adakalanya untuk menyingkat karena berpegang kepada kecerdasan pendengar
•    Adakalnya fa’ilnya sudah dimaklumi
•    Adakalnya karena dikhawatirkanter terjadi sesuatu bagi fi’il jika disebutkan
•    Adakalnya penghinaan bagi fa’il sehingga lisanmu saying untuk menyebutkan
•    Adakalnya untuk menghormatinya karena kamu memuliakan sehingga kamu               saying untuk menyebutkannya.jika ia mengerjakan perbuatan semisal yang tidak             patut untuk orang seperti dia.
•    Adakalanya untuk menyamarkan terhadap pendengar.
Sesungguhnya majhul tidak akan terbentuk kecuali dari fi’il muta’addi, dengan  sendirinya contohnya: ضُرِبَ زَيْدٌ         dan majhul itu tidak terbentuk dari yang lazim. Adapun ma’lum terbentuk dari setiap fi’il-fi’il atas kesamaan. Dan bina majhul itu terjadi pada fi’il madhi, dan fi’il mudhori’ saja selain fi’il amr.
2.2     Cara Membuat Fi’il Ma’lum Menjadi Fi’il Majhul
A.    Dalam Bentuk Fi’il Madhi
1.    Bentuk Majhul Untuk Fi’il madhi shohih
Apabila fi’il madhi shohih maka didhamahkan huruf awalnya dan dikasrohkan huruf sebelum akhir, sama saja apakah itu tsulatsi mujarrod, tsulatsi mazid, ruba’I mujarrod, maupun ruba’I mazid.
Contohnya    : نُصِرَ        : tsulatsi mujarrod
        أُكْرِمَ          : tsulatsi mazid
        دُحْرِجَ        : ruba’i mujarrod
        تُدُحْرِجَ        : ruba’i mazid

Pada fi’il madhi yang berawalan huruf “ta” zaidah maka huruf pertama dan keduanya didhamahkan dan dikasrohkan huruf sebelum akhir.
Contohnya  : تَعَلَّمَ    menjadi     تُعُلِّمَ
        تَكَلَّمَ    menjadi        تُكًلِّمَ  
        تَذَكَّرَ    menjadi    تُذُكِّرَ

Pada fi’il madhi yang berawalan dengan “hamzah” washol maka huruf pertama dan huruf ketiganya didhamahkan dan dikasrohkan huruf sebelum akhir.
Contohnya  : اِجْتَمَعَ    menjadi     اُجْتُمِعَ
        اِنْطَلَقَ     menjadi      اُنْطُلِقَ
        اِسْتَخْرَجَ  menjadi    اُسْتُخْرٍجَ

Apabila pada huruf kedua atau ketiga pada fi’il madhi terdapat  tambahan “alif” maka diganti dengan “waw” dan dikasrohkan huruf huruf sebelum akhir.
Contohnya :  قَاتَلَ     menjadi قُوْتِلَ 
        ضَارَبَ  menjadi   ضُوْرِبَ
        تَقَاتَلَ     menjadi   تُقُوْتِلَ
        تَضَارَبَ menjadi    تُضُوْرِبَ.

2.    Bentuk Majhul Untuk fi’il Ajwaf
Apabila fi’il madhi ajwaf, maka fi’ilnya dikembalika dahulu keasalnya kemudian di majhulkan, karna beratnya pengucapan jadi huruf ‘illatnya diganti dengan “ya” setelah itu disukunkan “ya” nya
  Contonya : قَالَ asalnya قَوَلَ apabila dimajhulkan maka berubah menjadi قُوِلَ karena pengucapannya berat maka hruf “wawu” diganti dengan “ya” kemudian disukunkan maka menjadi قِيْلَ.
Penjelasan lain:
Apabila fi’ilnya berbentuk fi’il mujarod dari fi’il bina’ mu’tal     ‘ain baik yng berupa “wawu” atau “ya” maka ketika akan dibuat menjadi mabni majhul mka fi’ilnya boleh dibaca dengan tiga bahasa yaitu:
Murni dibaca kashroh ini merupakan lughoh atau bahasa yang paling fasyih karena tidak ada unsur berat sama sekali,
Contohnya: ‘ain fi’il yang berupa “wawu” seperti lafadz قِيْلَ yang asalnya قُوِلَ harokat “wawu” berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya maka berubah menjadi قِوْلَ  kemudian “wawu” diganti dengan “ya” karena “wawu” tadi mati dan huruf sebelumnya kasroh, maka menjadi قِيْلَ
‘Ain fi’il berupa “ya” seperti pada lafazh بِيْعَ yang asalnya adalah بُيِعَ harokat “ya” berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya maka menjadi بِيْعَ.
Murni di baca dhommah merupakan lughah yang lemah. Menurut bahasa bani dubair dan bani fuq’as yang merupakn paling fasiehnya bani ‘asad dan termasuk lughat yang paling lemah karena beratnya dhommah berkumpul dengan wawu
    Contohnya : قُوْلَ dan بُوْعَ.

B.    Dalam Bentuk Fi’il Mudhori’
Cara merubah fi’il ma’lum menjadi majhul dalam bentuk fi’il mudhari’ yaitu “mendomahkan huruf pertama pada fi’il dan menfatahkan huruf sebelum akhir.
Contohnya : يَنْزَل      menjadi يُنْزَلُ
                    يَكْتُبُ   menjadi يُكْتَبُ
          يَسْتَغْفِرُ    menjadi يُسْتَغْفَرُ.
Dan jika huruf sebelum huruf akhirnya fi’il mudhari’ itu “waw” dan “ya”, maka dirubah menjadi “alif”
Contohnya :يَقُوْلُ      menjadi  يُقَالُ
                    يَبِيْعُ   menjadi  يُبَاعُ.

C.    Membentuk Majhul Terhadap Fi’il yang Huruf Sebelum Akhirnya Huruf ‘illat
Apabila di kehendaki untuk membentuk fi’il madhi yang huruf sebelum akhirnya berupa huruf alif menjadi mabni majhul (bila tidak berupa fi’il sudasi),maka huruf alif diganti oleh “ya” atau “wawu”,dan semua huruf yang berharakat sebelumnya (sebelum “ya”) di baca kasrah
    Maka ucapan fi’il    بَاع (menjual)     menjadi  بِيْع  (di katakan)
قَا لَ                                              (berkata)     menjadi  قِيْلَ (di katakan),
maka aslanya adalah:
     بُيِعَ              (di jual)
قُوِلَ                                                    (di katakan )

    Dan bagi fi’il :
اِبْتَاعَ     (menjual)           menjadi   اِبْتِيْعَ  (dijual)             
اِقتَادَ     (menuntun)         menjadi    اِقْتِيْدَ (di tuntun)                     
اِجْتَاح    (membinasakan) menjadi   اِجْتِيْحَ (di binasakan)                  
      Maka  yang aslinya adalah:
قُوْلَ                                           (di katakan )
اُقْتُوِدَ                                                       (di tuntun )
                                                اُجْتُوِحَ   ( di binasakan(

    Apabila fi’il madhi itu terdiri dari enam huruf ,seperti :
اِسْتَتَابَ     ( minta untuk taubat )
اِسْتَمَاحَ     (minta maaf )
Maka  huruf alifnya di ganti degan hutuf “ya”,kemudian huruf hamzanya di dhammah,beserta huruf ketiganya ,dan huruf yang sebelumnya “ya” di kasroh,contoh :
اُسْتُتِيْبَ     (diminta untuk taubat )
اُسْتُمِيْحَ     (diminta ma’af)

    Jika dhamir rafa’, yang berharkat bertemu dengan kata-kata semisal :
سِيْمَ         (dibebani )
رِيْمَ         (dimaksud )
قِيْدَ          (dipimpin )
Dari setiap fi’il madhi mabni majhul yang tsulasi yang ajwaf, jika huruf pertamanya di baca dhammah pada bentuk mabni ma’lumnya semisal :
سُمْتُهُ الآمْرَ         (saya membebankan urusan itu kepadanya )
رُمْتُ الخَيْرَ         (saya bermaksud kebaikan )
قُدْتُ الجَيْشَ         (saya memimpin tentara )
Maka di dalam bentuk majhulnya di kasrohkan,agar supaya bentuk ma’lumnya tidak serupa dengan bentuk majhulnya,maka di katakan menjadi :
سِمْتُ الاَمْرَ          (saya dibebani urusan itu )
رِمْتُ بِخَيْرٍ          (saya dituju dengan kebaikan )
قِدْتُ لِلْقَضَاءِ        (saya dipimpin untuk memutuskan )

    Bila huruf pertama pada mabni ma’lumnya di kasrah,seperti :
بِعْتُهُ الْفَرَسَ        (saya menjualnya kepadanya akan kuda itu )
ضِمْتُهُ              (saya memaksanya )
نِلْتُهُ بِمَعْرُوْفٍ     (saya memperolehnya dengan baik)
Maka bina majhulnya menjadi di dhammah,sehingga  mengucapkannya menjadi
بُعْتُ اْلفَرَس       (saya dijuali akan kuda itu )
ضُمْتُ              (saya di paksa )
نُلْتُ بِمَعْرُوْفٍ     (saya di peroleh dengan baik )

    Dan apabila yang di kehendaki (untuk menjadi majhul) fi’il mudhari’,
yang huruf sebelum huruf akhirnya berupa huruf mad,maka huruf mad tersebut diganti dengan huruf alif,sehingga  mengucapkan dari lafadz :
يَقُوْلُ     (berkata ) menjadi  يُقَالُ      (dikatakan)
يَبِيْعُ     (menjual)  menjadi  يُبَاعُ       (dijual)
Dan dari lafdz :
يَسْتَقْبِلُ          (berjumpa)   menjadi        يُسْتَقْبَلُ     (dijumpai)  
يَسْتَتِيْبُ         (minta untuk taubat )       يُسْتَتَابُ     (di minta untuk taubat )

2.3.    Fi’il – Fi’il yang Selalu Dalam Bentuk Majhul.
Dalam bahasa arab ada fi’il yang selalu (tetap) mabni majhul, diantaranya seperti:
    جُنَّ    : jadi gila
    اُغْمِيَ    : pingsan
    حُمَّ     : kena flu. Dll